Selasa, 31 Mei 2011

Latte Factor

Meminjam istilah "Latte Factor" dari tabloid JANNA edisi 03 halaman 21. Latte Factor adalah pengeluaran remeh yang sebenarnya kita nggak butuhkan.

Misalnya untuk wilayah kantor penggunaan kertas untuk mencetak data-data yang sebenarnya tidak terlalu penting padahal bisa menggunakan kertas bekas saja yang halaman baliknya belum terpakai. Atau seseorang yang ingin pergi membeli sesuatu yang sebenarnya jaraknya tidak jauh tapi menggunakan sepeda motor padahal bisa dilakukan dengan jalan kaki atau menggunakan sepeda biasa, selain hemat uang untuk membeli BBM tentu mengurangi polusi asap knalpot yang tidak enak dihirup hidung yang mungkin saja bisa menyebabkan berbagai penyakit.

Latte Factor tentu bisa berbeda bagi tiap orang. Kalau saya Latte Factor saya tidak berkaitan dengan uang, karena alhamdulillah saya adalah orang yang cukup bijak menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari didalam keseharian saya, namun Latte Factor saya adalah masalah manajemen waktu. Saya orangnya lelet sekali dan pelupa, sehingga waktu saya habis untuk melakukan kegiatan rutin yang sebenarnya bisa di pangkas atau dihemat. Buat saya ini penting karena saya harus meningkatkan atau menambah kualitas hidup saya dengan mengurangi Latte Factor ini. Bagi saya tiap hari saya harus lebih baik dari hari kemarin, harus bertambah ilmu baru, harus menambah pengetahuan baru, harus menambah pengalaman baru. Namun terkadang niat ini terhalang gara-gara kelakuan buruk saya yang lambat dan pelupa ini. DUlu saya sering terlambat kuliah hanya gara-gara saya harus bolak-balik mengambil barang yang ketinggalan di kamar atau rumah, jika sudah begini mood saya akan berubah dan berbagai plan yang sudah dibuat bisa berantakan.

Berbagai cara terus saya lakukan demi menghilangkan Latte Factor ini. Alhamdulillah sudah kelihatan hasilnya, namun saya tidak boleh lengah, karena jika lengah sedikit saja saya yang rugi, karena pada dasarnya saya memang orang yang bergerak lambat atau lelet dan pelupa.

Tidak ada komentar: